Selasa, 07 November 2017

CERPEN




What Should I Do?

By: Khanza Maharani Putri



Namaku Gita, aku memiliki dua sahabat yang sangat amat baik kepadaku. Mereka selalu ada disaat aku senang maupun susah. Mereka selalu mewarnai kehidupanku dengan penuh canda dan tawa. Mereka adalah Taskya dan Zen, aku biasa memangil Taskya dengan sebutan Kia. Kia adalah orang yang sangat pengertian, penyabar, lembut, dan dia super duper cantik. Sedangkan Zen, kata orang orang sih dia sangat cuek, iya mungkin kalau kamu baru mengenalnya dia memang agak cuek, tapi sebenarnya dia itu sangat perhatian. Aku mengenal mereka sejak kecil. 



Hari ini kami berangkat sekolah bersama. Kami bersepeda bersama menuju sekolah, jarak rumah kami ke sekolah lumayan dekat. Sesampainya disekolah kami berpisah menuju kelas masing masing. Bel istirahatpun berbunyi, Kia dan Zen sudah menungguku diluar kelas untuk pergi ke kantin bersama. Hari ini kantin tampak sepi, sebagian besar siswa lebih memilih berada dikelas ketika jam istirahat untuk belajar karena saat ini sedang ujian kenaikan kelas. Ujian berakhir dan kamipun pulang, di perjalanan pulang rantai sepedaku lepas. Zen dengan cepat mengayuh sepedanya menuju ke arahku. Dia langsung membenahi rantai sepedaku yang lepas itu. Dengan tangan yang penuh dengan oli dia menyelesaikannya dengan cepat. Akhirnya kami menyelesaikan perjalanan pulang kami.


Ujian berakhir, liburpun tiba. Kami sudah merencanakan agenda liburan kami jauh jauh hari. Liburan kali ini kami bertiga akan berlibur ke Bali. Aku dan kedua sahabatku sudah merencanakan kemana saja kita akan pergi selama di Bali. Semua barang sudah terpacking rapi dikoperku. Tidak lama kemudian ibuku mengetuk pintu kamarku dan akupun membukanya. Air mata ibuku tiba tiba mengalir dipipinya sangat deras dan dengan suara gemetar ibu memberitahku bahwa ayahku kecelakaan sore ini. Aku hanya terdiam, aku takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada ayahku. Aku dan ibuku segera berangkat ke Rumah Sakit dimana ayahku dirawat. Zen dan Kia menyusulku ke Rumah Sakit. Dokter yang berada dikamar ayahku akhirnya keluar dan memberitahu kami bahwa ayahku sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Aku sangat lemas, pikiran kacau tidak karuan, tangiskupun pecah. Aku tidak tahu harus berbuat apalagi. Kia dan Zen langsung menghampiriku dan memelukku. Aku menggenggam tangan ibuku dengan sangat erat. 


***

Beberapa hari setelah kematian ayahku aku hanya terdiam dirumah. Rasanya masih tidak kuat untuk beraktivitas. Kia dan Zen selalu menemaniku, menghiburku sampai aku bangkit dari keterpurukanku itu. Apalagi Zen sangat perhatian sekali denganku. Zen tidak pernah absen untuk menemaniku. Setiap harinya dia selalu datang kerumahku membawakan susu kesukaanku. Dia selalu membuatku ketawa. Setiap kali aku ingat ayahku Zen tahu dan dia selalu melakukan sesuatu hingga aku lupa kalau aku sedang memikirkan ayahku. Zen juga sangat dekat dengan ibuku bahkan dia juga memberi semangat ibuku. Malam ini Zen mengajakku untuk makan diluar. Disebuah kedai dekat rumah. Aku dan Zen bercerita banyak hal tentang persahabat kita, bahkan kejadian kecilpun kita bicarakan. Sampai sampai kami lupa waktu untuk pulang dan aku lupa akan kesedihanku. Zen benar benar menghiburku malam ini.


Semenjak itu aku dan Zen semakin akrab, dia selalu ada untukku setiap kali aku membutuhkannya. Setiap kali aku bertemu dengannya, aku merasakan hal yang berbeda, rasanya tidak seperti  biasanya aku bertemu dengannya. Aku  takut, ini terlalu nyaman untukku. Bagaimana dengan Kia, aku takut dia membeciku karena akhir akhir ini aku lebih dekat dengan Zen daripada dengannya. Aku tak tahu perasaan apa yang aku rasakan sekarang. Perasaan yang begitu aneh yang aku rasakan saat ini. Bagaimana jika aku jatuh cinta denga sahabatku sendiri. Bagaimana jika persahabatan kami kacau, hancur. Bagaimana jika itu terjadi. Aku sangat takut. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku bingung. Sangat bingung. 

 Sore ini Taskya datang kerumahku untuk mengajakku  jalan jalan. Dia mengajakku disuatu Mall yang ada di Jogja. Setelah jalan kesana kemari apa yang dicari Taskya pun akhirnya ketemu. Dia mencari jam tangan cowok entah untuk siapa. Aku baru mengingatnya besok adalah hari ulang tahun Zen. Dan aku baru ingat dia mengundangku di pesta ulang tahun yang ke tujuh belasnya besok malam. Aku berpikir sejenak. Kenapa Kia tidak mengingatkanku kalau besok ulang tahunnya Zen dan kenapa dia tidak bilang kepadaku kalau dia sedang mencari kado untuk Zen. Aku hanya terdiam. Setelah itu Kia mengajakku untuk makan di salah satu kedai dekat Mall tersebut. Dia bercerita tentang Zen panjang lebar. Ternyata dia mengetahui banyak hal tentang Zen daripada aku. Aku sedikit cemburu. Aku merasa kalau Kia juga menyukai Zen. 


***

Jantungku berdebar kencang. Aku sudah tak sabar ingin segera datang ke pesta ulang tahun Zen. Sedari tadi aku hanya menatap isi lemariku. Aku belum menemukan gaun yang sekiranya pantas untuk aku kenakan di pesta ulang tahun Zen. Tiba tiba ibuku datang dan aku sangat terkejut ternyata ibuku membawakanku sebuah gaun yang sangat cantik. Aku langsung mengenakannya. Tak lupa ibuku juga merias wajahku dengan cantik. Tak lama kemudian Kia datang menjemputku. Aku turun dari kamarku dan menemuinya. Lalu aku berpamitan dengan ibuku. Aku berangkat dengan mobil minicooper milik Kia. Tiga puluh menit berlalu. Kamipun sampai dipesta ulang tahu  Zen ternyata kami sudah terlambat acaranya sudah belangsung sangat meriah. Aku khawatir kami telah melewatkan acara potong kue. Namun ternyata Zen masih menunggu kedatanganku dan Kia untuk memotong kuenya. Acara potong kue pun telah dimulai. Potongan kue pertamanya diberikan untuk orangtuanya. Aku kecewa tadinya aku berharap kue pertama akan diberikan untukku namun ternyata tidak. Zen tiba tiba mendatangiku dan meberikan potongan kue keduanya untukku. Aku sangat terkejut. Tidak menyangka kalau potongan kue keduanya untukku. Zen menatapku sambil tersenyum manis. Kia yang berada disebelahku menatap iri kue yang diberikan kepadaku. Aku melihat matanya berkaca kaca lalu ia berlari meninggalkan pesta. Aku menatapnya bingung. Apakah ada yang salah denganku. Sementara Zen sibuk mengobrol dengan temannya yang lain. Sepertinya ia tidak melihat Kia berlari pergi.


***

Aku berpapasan dengan Kia di gerbang sekolah. Dia tidak menyapaku. Hanya melewatiku begitu saja.  Akhir akhir ini dia berubah seratus delapan puluh derajat. Dia benar benar mengacuhkanku semenjak pesta ulang tahun Zen waktu itu. Bel berbunyi istarahtpun tiba, aku menghampiri Kia ke kelasnya. Aku mengajaknya untuk ke kantin bersama tapi ia menolak ajakanku. Ia bilang ia membawa bekal. Zen juga menyusul ke kelas Kia. Kia malah pergi. Ada appa dengannya. Apakah dia benar benar cembur dengan kedekatanku dan Zen. Tapi kenapa dia tidak mengatakan saja kepadaku.


Hari beganti hari Kia semakin menjauh denganku dan Zen. Dia tidak pernah menyapaku lagi seperti hari hari biasanya. Dia hanya mendiamkanku dan Zen. Bahkan saat aku mengajaknya jalan, nonton, makan bersama dia selalu menolak ajakanku. Apa dia benar benar marah denganku. Apa dia benar benar sakit hati. Hari ini aku berencena untuk meminta maaf kepada Kia. Aku datang kerumahnya. Akhirnya diapun mau membukakan pintunya untukku. Aku mencoba untuk mengobrol dengannya namuan ia tidak merespon perkataanku. Aku berusaha sekuat mungkin agar Kia mau berbicara denganku. Akhirnyaa dia angkat bicara. Aku meminta maaf kepadanya aku menceritakan apa yang sudah terjadi dan aku menjelaskannya. Kiapun mulai mengerti dan mau memaafkanku. 


***

Semua berjalan dengan normal seperti biasa. Kamipun sering nongkrong bersama kembali. Kami juga sering bercerita kembali tentang banyak hal. Hal hal yang sudah kita lalui bersama. Diam diam saat kita berkumpul Zen sering curi curi pandang terhadapku. Akupun tersipu malu. Disisi lain aku tidak merasa enak dengan Kia. Zen memang baik kepada kami berdua. Tapi semakin aku mengenalnya aku semakin merasa nyaman ketika aku berada di sampingnya. Entah dia merasakan hal yang sama sepertiku atau tidak. 


Zen mengajakku untuk pergi ke taman sore ini. Aku tidak tahu apa yang akan Zen lakukan terhadapku nanti. Suara klakson motor terdengar diluar rumah. Itu pertanda Zen sudah datang dirumahku. Aku langsung menemuinya lalu kamipun berangkat ke taman. Kami duduk dikursi dekat air mancur yang ada ditaman. Kami hanya diam. Tiba tiba Zen menatapku. Aku sangat tersipu bahkan aku tak berani menatapnya balik. Zen mulai berbicara. Aku tak menyangka Zen menembakku. Aku diam. Hati dan pikiranku terus berlomba, apa yg harus ku menangkan? Aku berhak memenangkan cintaku, tapi merasa berdosa bila aku mengorbankan persahabatan ini. Waktu terus berlalu, aku tetap diam. Dan berharap perasaanku pada Zen juga begitu.

Daftar link saya : 
 
           

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Recent Posts

Popular Posts

what time is it?

Categories

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Text Widget

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate another link velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur.

Pages

BTemplates.com

Blogroll

About

About

Copyright © About Me | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com